Senin, 25 November 2013

Minggu, 24 November 2013

Karena Terkadang, Bertemu Hanya Menggandakan Rindu

Aku terbangun dan kamar sudah gelap. Itu artinya aku baru bangun dari tidur tidak sadar ketika langit mulai menggulita. Menyadari hal itu membuatku sadar bahwa saya bertemu kembali dengan perasaan itu : perasaan sendiri dan udara yang semakin sesak terasa. Aku benci perasaan ini.

Aku sudah tahu sebelumnya. Tapi aku nekat untuk melanggarnya. Sudah tahu bahwa bertemu hanya akan menggandakan rindu. Bahwa kalian memang berharga dan aku seakan tak rela melepasnya. Tapi waktu berjalan, dan aku harus menghadapinya.

Maryam bilang, rindu yang tak terucap hasilnya menyesakkan. Aku tidak bisa untuk bilang tidak. Karena memang begitulah adanya. Masa lalu adalah sesuatu yang paling jauh dari kita. Aku tidak bisa menyesap hangatnya lagi, bukan? Tapi untuk beralih pikiran rasanya sulit, sulit sekali akhir-akhir ini. Sekali lagi, aku benci pikiran dan perasaan ini.

Aku sadar, seminggu terakhir ada pola hidup yang berubah. Ada monolog-monolog yang kembali menghujani isi kepala, lebih dari sebatas monolog yang biasanya hanya terucap ketika aku pulang malam dan sendirian di jalan. Kata favorit yang kuketikkan di laptop. Juga ke-riweuh-an sepanjang satu minggu terakhir. Minggu terbolak-balik yang pernah ada : Jogja-Jakarta-Serpong-Jakarta-Jogja, dan Jogja-Bandung-Jogja dalam satu minggu. Lelah fisik dan ternyata juga...lelah hati :". Harapan tentang pembatas jalan. Rasa bosan pada tugas dan jadi mengutamakan hal-hal yang tidak utama. Persiapan makrab IAIC Joglosemar, perang hati yang akhirnya sedikit kuceritakan pada teman. Hal-hal di luar kebiasaan.

Kepada hujan, kepada jarak, kepada angin, kepada laju kereta, kepada bulan, kepada malam, dan terutama kepada doa. Kutitipkan rindu untuk mereka semua. Mereka-mereka yang aku sayang, mereka-mereka yang aku buatkan harapan agar semuanya baik-baik saja --dan tentunya harapan yang tidak bisa aku tulis di sini :"). Sekali lagi, itu yang selalu aku takutkan, aku takut bila bertemu hanya menggandakan rindu. Tapi lebih dari itu, rasa sayang pada kalian selalu ada di atas rasa takut itu. Kepada beberapa hal mungkin ada pengecualian. Tapi di atas apapun, aku sungguhan sayang kalian semua. Seperti perbincangan dengan Riri siang tadi, juga tentang tumblr-nya yang sangat menggambarkan perasaan kami.   Hai kalian semua, semoga selalu baik-baik saja, ya :) Semoga Allah selalu melindungi dan merahmati setiap jejak langkah yang sudah dan akan kalian lalui. Meski tidak bilang, bukan berarti tidak sayang kan? Tidak bilang bukan tidak perhatian kan?

-random banget ya, kalo ketemu Pyan dan dia bilang blog elu galau banget, baru aku iya-in. Kalo pas roadshow kemarin dia bilang gitu..aku masih ga terima :P. Huffft, padahal udah janji nggak mau nge-random lagi ._.

Rabu, 20 November 2013

Kereta, Presentasi, dan Bandung


Alhamdulillah...
hey, bahkan saya nggak pernah ngebayangin ini sebelumnya : naik kereta ekonomi, buka laptop, konek internet, dan...masih ngedit presentasi. Bandung : insya Allah dalam enam jam lagi. Ya Allah, maka nikmatMu yang manakan yang pantas kami dustakan? Bandung adalah doa untuk 10 November yang Allah tidak kabulkan 20 Oktober kemarin. Dan mungkin ini kesempatan yang Allah kabulkan atas doa Uzi, adik kosan yang pengen banget ke Bandung dan Allah mengabulkannya juga dengan meminta saya mengikutinya.
Terima kasih ya Allah.. :) cerita selanjutnya nanti, ya. Mohon doanya agar sukses dan lancar pada presentasi besok. Aamiin.

#dan sedari sore, sebuah awalan cerita fiksi berkelebat di kepala saya. Tentang Bandung, juga jarak dan kereta. Ada yang mau menyumbang isi kisah atau endingnya ? :)


Senin, 18 November 2013

Roadshow IAIC 2013

Saya percaya, lewat menulis saya bisa memberi kabar, dan sekaligus menyambung tali silaturahmi, semoga. Dan kalau saya nggak dateng roadshow puuuun, pasti pengen banget tau cerita-ceritanya. Btw, saya bingung kasih judul apa. Yang netral-netral aja lah ya judulnya :P. Oke, cerita dari awal aja ya :)

Mulai dari rencana berangkat anak Jogja. Karena rombongan jadi mesti pake rapat dan kumpul di GSP. Nyocok-nyocokin jadwal. Bahkan sampe ada temen yang ngerelain naik pesawat demi IC. Saya sendiri akhirnya masuk kloter dua bareng Tyani (dan bareng Nida yang sok sembunyi-sembunyi berangkatnya biar surprise sama anak-anak lain) karena Jumatnya saya kuliah sampai pukul 6 sore. Roadshow itu sebenarnya....saya sendiri kalau aja bukan demi IC sepertinya nggak dateng. Bukan karena ada acara kampus bukan. Yah...some reasonlah :". Tapi ya...karena IC saya harus ngalahin alasan itu untuk datang :)
"Rumah adalah tempat hati kita berada, dan begitulah IC :") Dan alhamdulillah meski udah jadi alumni, tetep kuat rasa sayangnya ke IC" via @ssssseeeettt
Dan segala perjuangan berangkat itu bener-bener macem-macem. Mulai dari cerita Foranza yang ketinggalan kereta, perjuangan ke stasiun saya dan Tyani (yang ternyata meski berangkat ga bareng tapi kisahnya hampir sama) dan lain-lain. Bahkan saya sendiri udah ngebayangin pas belum juga berangkat ke stasiun tentang gimana kalau saya ketinggalan kereta dan harus pulang ke kosan dengan tangan kosong dan rasa sedih nenteng bawaan yang harusnya dibawa pas ke IC :"

Kami sampai di Jatinegara subuh-subuh, dan rombongan kloter satu udah sampai. Subuhan kemudian lanjut naik commuter. Nah cerita sedikit lah ya. Jadi buat sampai ke Stasiun Rawa Buntu kami harus dua kali naik commuter dari Jatinegara. Transit di Tanah Abang. 

Bayangkan betapa ramainya kami waktu naik commuter. Padahal saat itu jam lima. Orang-orang masih pada ngantuk sementara Aam sama Roma nggak berhentui-berhanti ngelawak dan yang lainnya nggak berhenti ketawa (oke ini lebay, padahal juga ada yang bingung mereka ngelawak apa, piss Rom, Am ^^v). Betapa mengganggu penumpang lain di kereta kita ini

Nah waktu nunggu di Stasiun Tanah Abang, cewek-ceweknya pada ngegerombol sendiri. Pokoknya jauhlah dari cowoknya. Terus Diso cerita-cerita sama Dhila dan Kak Silvi Nozo. Dan akhirnya berujung pada masalah nikah.

Diso : "Iya nih kak, Nozo kapan nih? Kak Silvi kapan? Udah dilangkahin sama Axivic."
Kak Silvi : "Iya nih ya, Axivic udah, kalian Gycen juga akan kan, udah mau pecah telor kan?"


setelah itu, keadaan bisa ditebak sendiri lah ya. Yang pasti semua jadi heboh.
Diso : "Hah iya kak? Siapa" ~ya gimana nggak kaget, masa temen sendiri yang punya "rencana" tapi yang update duluan bukan temen angkatannya --"

Akhirnya melebarlah forum mereka bertiga jadi forum anak-anak cewek.
Intinya kami akhirnya tahu dari Kak Silvi kalau teman kami Izzah yang akan jadi tokoh "pecah telor" itu. "Pantes aja Kak, kira-kira Senin apa Selasa Arum sms. 'Fit tanya dong, emang Izzah beneran dilamar ya?' dan dari smsan sama Arum itu katanya yang ngelamar emang anak IC angkatan atas. Tapi emang karena saya nggak tahu apa-apa ya cuma bisa bilang nggak tau padahal mah penasaran kok bisa ada kabar kayak gini."
Akhirnya di commuter Tanah Abang-Rawa Buntu Kak Silvi cerita nama calon dan angkatannya. Ketemu pas gathering IAIC Jakarta (belakangan kami tahu bahwa bukan gathering tapi makrab). Dan berbagai kehebohan lainnya sampe, "Wah Kak kok ramenya malah duluan di Nozo sih?" "Oooh aku tahu rame di Nozo soalnya belum ada yang pecah telor yaa, makanya rame" dan Kak Silvi bilang "Iya,, emang gitu kayaknya..."

Sampelah kami di IC. Di IC lagi krida. Sekarang formasinya beda kayak jamanku masih di IC (kayak udah lama banget aja --"). Barisan cewek sekarang deket GSG dan yang cowok deket RKB. Oke itu nggak terlalu penting. Kami salam-salam sama guru yang ketemu terus taroh barang di wisma. Selanjutnya saya bertiga bareng Diso sama Pipeh muter-muter IC karena belum dapet kamar di wisma.

Seperti biasa-kata pipeh- kalo dateng dari jauh pasti nyampenya duluan. Meski ternyata Iman dkk dari Bandung malah udah sampe dari semalem dan nginep di masjid. Dan karena nyampe duluan, akhirnya tiap orang yang dateng (karena datengnya sedikit demi sedikit) langsung diceritain kabar terkini itu dengan detil. Dasar ya anak cewek, udah mah heboh, cerita kayak gini nggak abis-abis kalo diceritain. Nggak capek-capek diceritain berapa kali juga. Bisa dibayangin ekspresi anak-anak? Duh, ini mah bahkan di commuter tadi juga kita rasanya nggak percaya tentang kabar yang secepat ini. Sampe berkali-kali bilang udah nggak usah dibahas lagi, dan berkali-kali dilanggar karena ceplosan atau apa aja salah satu dari kita yang nanya atau ngasih pendapat atau apapun lah itu.


Yang lucu adalah ekspresi dari Bella waktu tahu kenalnya bermula saat gathering IAIC (pas itu kita belum tahu kalo yang bener makrab, apa di IAIC Jakarta makrab sama gathering itu sama, ya? Soalnya kalo di Jogja keduanya berbeda). 
Bella : "Gathering IAIC kapan ya?" -mikir bentar- "Oh iya waktu itu. Yaah aku nggak dateng, pantes aja aku nggak tau."

Anak-anak : "Wah coba kamu dateng Bel, jangan-jangan malah nggak sama Izzah, malah sama Bella" -ini guyonan aja loh ya :P, tahu sendiri kan betapa kocaknya kalo udah ngobrol sama Bella-
Bella : "Wah iya, aduuuh aku jadi nyesel kenapa nggak dateng. Iya tuh bisa jadi..."
Diso : "Makanya mulai saat ini diseringin adain makrab sama gathering, kali aja..."
Anak-anak  : "Wah, itu bisa jadi kampenyenya calon ketua IAIC region tuh"

terus Bella masih aja kepikiran sampe kita udah bolak-balik gedung A-wisma. 
Anak-anak : "Masih nggak percaya nggak sih, kalo temen kita udah ada yang mau nikah..."

Anak-anak : "Iya, iya."
Bella : "Iya aku masih kepikiran nih, kenapa waktu itu aku nggak dateng..."~dengan tampang nyeselnya yang terlihat lucu bagi kami :P

Anak-anak : "Bella, masih aja ya...hahahahaha"

Anak anak sepakat. Berita Izzah emang bikin heboh, tapi ya satu dua masih bilang nyangka aja sih kalo bakal Izzah mah. Tapi kalo beneran yang pecah telor itu Bella, siapa yang nyangka?-kata perbincangan kami loh, bukan pendapat pribadi ^^v

Cerita ke roadshownya lagi -aduh maaf ya kebanyakan teks, belum ngopi foto dari anak-anak siiiih
@RoadshowIAIC adaah bentuk bakti, bentuk sayang, bentuk cinta pada IC :)
Jadi Magnivic di bagi ke 5 kelompok dan di arahin ke 5 kelas. IPS dua kelas dan IPAnya tiga. Saya sendiri kebagian ke Klaster Teknik gegara ya kan kalo ilkom sebelas dua belas lah sama prodinya Arum (sotoy). Intinya kalo jurusan saya Ilmu Komputer dan Elektronika dari FMIPA digabungin sama JTETI dari teknik hasilnya ya bakal jadi kayak STEI. Bareng deh. 

Klaster teknik seperti bisa ditebak ceweknya sedikit. Dan ramenyaaa luar biasa. Dari Kodil sama Iis yang ceplas-ceploas. Kurni yang kayak punya SOP sendiri terhadap isi omongannya tentang Tekim-dan berhasil dihafal sama Moza sampe dia sendiri bingung apa yang harus dia omongin lagi.
Kodil : "Coba gue pengen denger dari kalian kalo menurut kalian teknik itu belajar apa?"
Iis : "Mmmm, gue pengen denger dari itu tuh, Rizqiana Sidqi yang nyanyi pas kita wisuda" -sambil nunjuk anaknya
-kelas rame karena Iis nunjuk cewek-
Kodil : "Oooh, jadi ini yang lo omongin di kamar Is?" -kelas heboh, terus akhirnya Sidqi berdiri jawab pertanyaan kodil.
Terus lanjutnya ada juga anak Magnivic cowok yang ditunjuk kan. Terus dia berdiri dan langsung ngomong pendapatnya tentang teknik itu belajar apa.
Kodil : "Eh, stop-stop. Lo belum ngenalin diri. Sebut dulu dong namanya siapa."
Anak Itu : "Eh, nggak kak, nanti kalau saya sebut nama takutnya diomongin di kamar Kakak"
-________________________- Bisa ditebak, ketawalah semua yang ada di kelas

Di kelas ketiga yang masuk ke klaster teknik. Saya dipanggil keluar sama Tyani dan Naylah. Heboh banget kirain ada apa. Saya ditarik ke depan kelas Kimia (yang kayak lobi gede di lantai dua itu loh). Terus dibilangin, "Kalau mau tahu calonnya Izzah yang di depan Klaster Teknik, pakai baju biru, lagi menghadap sana." Dan ternyata nggak saya doang, namanya juga berita terkini teman sendiri (apasih--"), ternyata yang lain juga kayak udah tau gitu. Entah siapa yang memelopori. Bahkan Diso nanya ke Nida nggak sengaja nunjuk orangnya dan tiba-tiba malah Izzah muncul di belakangnya. Hohoho, ya gimana sih kayak ngerasa bersalah aja jadinya nunjuk orangnya pas ada Izzahnya.

Presentasi selesai. Sore berlalu dengan sparing. Maghrib. Eval. Isya. Terus ada acara yang kayak jaman kita The Empire itu. Pokoknya yang lomba parade angkatan, freestyle, dll itulah. Saya cuman sempet ngeliat Parade angkatannya Astonic. Ada nyembur-nyembur apinya terus jadi inget parade angkatan sendiri pas kita kelas dua dulu. Yaampun IC, cepat sekali ya ternyata waktu berlalu :" Usai ngeliat paradenya Astonic, saya sama Maryam balik ke wisma.

Di wisma anak-anak udah diantara penasaran, nggak sabar, cemas (halah, apasih --") nungguin Izzah kapan bilangnya ya? Soalnya mungkin anak-anak ngerasa (atau entah ada yang bilang) kalau Izzah bakal ngomong ke kita -gycen cewek lah paling engga- tentang rencana 3 Januari itu (Oh iya belum bilang hari H nya tanggal 3 Januari). Tapi ditunggu sampe malem belum dateng juga Izzahnya. Akhirnya anak-anak perlahan terlelap. Saya sendiri menghabiskan waktu dengan ngerjain tugas Praktikum ASD II yang entah kenapa dikerjain dari masih di Jogja juga belum kelar-kelar T^T. Padahal ini tugas perbaikan mid gegara nilainya banyak yang kecil ._. . Dan yang nugas juga nggak saya sendiri, yah namanya juga mahasiswa yang dikejar deadline ._. Nadia AV, saudara seprodi meski beda univ juga ngoding. Bella, Cipay juga nugas. Tapi bahkan sampe saya tidur setengah satu apa jam satu, gitu Izzah belum muncul juga di kamar wisma. Malam itu, sebelum tidur, rasanya banyak sekali yang saya pikirkan, muncul di kepala gitu aja satu-satu. Bukan hanya tentang Izzah aja. Tentang hari ini, tentang kesempatan ketemu temen-temen yang begitu berharga padahal hari itu juga (kan udah tanggal 17 orang udah jam 1 malem) nanti malamnya saya udah di kereta ke Jogja, dan ya...tentang hal yang bersangkutan dengan pribadi saya sendiri. Banyaklah :"

Esoknya selepas Shubuh, Allah mengabulkan rasa penasaran kami semua. Jadi kondisinya kami udah pada Shalat Subuh dan Cipay sama Dhila udah pergi karena travel mereka travel jam 5. Otomatis karena rasa penasaran ini terbayar selepas Shubuh (dan mereka udah cao dari IC), makanya Cipay sampe ngetwit sedih karena ketinggalan Superstorynya Izzah.

"Kalian mau ke Lamongan nggak tanggal tiga Januari nanti?" -Izzah, yang pasti sulit merangkai kata-kata #sokyakin
Wah, anak-anak langsung tertuju pada Izzah. Diso udah memalingkan muka dan bicara tanpa suara ke anak-anak. "Izzah cerita-Izzah cerita."
Sekalipun udah tahu meski bukan dari Izzahnya sendiri kami ceritanya sok-sok nggak tahu gitu *gaya banget ya B)*. "Emang kenapa Izzah, ada apa?"

"Iya jadi..." -suara Izzah pelan gitu- "Insya Allah keluarga Gycen akan bertambah satu lagi" (berasa ngasih tips buat temen yang juga nanti mau nikah tentang gimana cara menyampaikan yang baik dan halus ke anak-anak Gycen). Kamar 11 wisma (kamar yang kami pakai) heboh. Diso keluar manggilin Pipeh yang sebenernya lagi ngomongin plan kepulangan ke Jogja siag nanti sama anak cowok buat segera ke kamar dengerin ceritanya Izzah.

Kita yang di kamar serta merta menggali -atau bahasa saya sama arum data mining :P- cerita dari Izzah. "Cerita dong Zah dari awal, masak tiba-tiba gini." Dan akhirnya Izzah pun cerita dari awal ketemu sama Kakaknya itu, cerita dari pihak Izzahnya sendiri sampai pihak orang tua, cerita banyak hal yang ternyata nggak mudah sampai proses pernikahan ini akan berlangsung (untuk ceritanya, biar Izzah saja ya. Saya rasa saya nggak punya hak untuk menceritakan segala proses yang Izzah ceritakan pada kami di blog ini).

Beberapa sampai ngerasa nggak kuat denger ceritanya. Mungkin karena merasa masih kecil dan belum menyangka pernikahan sampai juga pada Izzah yang notebene seumuran dengan kami semua. Beberapa terharu, memeluk Izzah bahkan sampai ada juga yang nangis. Rasanya masih nggak percaya :":" Panitia Gycen Cup harus segera mempercepat persiapannya :)

Yaaah selanjutnya dilanjutkan dengan kepo-kepo. Terus nganterin anak-anak yang pulang pagi ke depan, foto-foto. Balik ke wisma rapi-rapi. Terus kepo-kepo lagi. Izzaaaah :") Rencana Allah tentang hal ini cepat sekali sampai di pundakmu, Zah :)

Selanjutnya pulang (ah jangan-jangan sampe sini orang berhenti bacanya gegara cerita Izzahnya udahan :P). Pergi dari IC jam sembilan. Ternyata udah banyak juga yang pulang, ya :". Dan kisah Izzah masiiiiih aja dibahas. Di commuter dibahas. Di kereta ke Jogja dibahas. Bahkan sampe ngeledekin anak Foranza juga (kan berangkat-pulangnya juga bareng Foranza). Hayo Foranza siapa yang nyusul hayooo~

Sampe Jogja pun masih dibahas.. Dasar anak-anak Gycen. Bener juga sih kata anak-anak. Ini mah sampe hari H nya juga bakal masih dibahas sama anak-anak. Jadi inget pas pamitan sama Izzah kemarin saya bilang, "Izzah sampai ketemu satu bulan lebih lagi ya..." "Empat puluh tujuh hari lagi...kata Izzah". Kami semua yang denger kaget, bahkan Izzah udah contdown ! 

Saya yakin sore selama kami di kereta, TL twitter rame, grup WA rame (gegara penduduk kursi kereta belakang saya-masih anak IC- heboh sendiri baca WA-nya), obrolan kami saja di kereta nggak habis-habis. Ya seperti sebelumnya itu, sudah beralih ke topik lain, tetap saja entah mengapa kembali ke topik itu juga.

Selamat Izzah, semoga kami bisa hadir di hari bahagiamu ya. Anak UGM rata-rata ujian tanggal segitu. Padahal rata-rata padapengen dateng yang di lamongan, yang bener-bener hari Hnya, kalo bisa datang hari akad. Kalau berkaca sama tahun lalu sih, tahun lalu UASnya mulai tanggal 2 Januari. Semoga nanti pas tanggal 3 UAS kami belum mulai ya, atau kalau udah mulai kami semua nggak ada jadwal tanggal segitu. Barakallahu lakumaa :)

Selasa, 12 November 2013

Kutipan : Haru BIru Hati Fatimah

Kita pasti akan bertemu dengan jodoh kita. Tinggal kita memilih jalan mana yang akan kelak kita lalui. Engkau Ali, aku jatuh hati padamu sedari dulu. Namun sebelum itu aku telah mencintai Allah lebih dari apapun. Aku percaya, bahwa apa yang Allah rencanakan untukku adalah yang terbaik. Aku Fatimah, memang jatuh hati padamu, berkali-kali, namun izinkan aku untuk selalu mengheningkannya. Hingga kelak, biarlah Allah yang menyampaikannya kepada hati yang tepat. Entah engkau, entah siapa.   
-Haru Biru Hati Fatimah 

via http://akhwatodongsolihah.blogspot.com/2013/02/tentang-mengheningkan-cinta.html#more

Minggu, 03 November 2013

Banyak Sisi

Beberapa kali, saya merasa seperti berada di tengah-tengah. Saya tahu pendapat A tentang B, juga pendapat B tentang A. Ini bukan hanya orang, tapi A dan B adalah sesuatu yang lebih general lagi. Ya, seperti suatu kelompok atau bahkan organisasi. Atau bisa jadi pars pro toto, satu mewakili semuanya.

Setiap orang bisa punya persepsi masing-masing. Bisa juga menjudge pihak lain. Waktu Sosiologi dulu kami belajar tentang labelling theory. Kadang hal ini seperti mendoktrin-begitu yang saya rasakan di kampus kami. Jangan dulu mikir yang enggak-enggak atau malah mikir kejauhan. Kalau ketemu saja, ya, akan saya ceritakan, hehe :D

Hal seperti ini membuat saya berpikir bahwa kita memang harus berpikiran luas. Tidak bisa merasa baik sendiri atau sudah sempurna sendiri. Berpikir bagaimana orang bisa menerima, tidak serta merta mencemooh. Sebenarnya, mungkin dua-duanya perlu merubah diri, sih. Melihat dan dilihat. Tidak nyaman sekali tahu satu pihak membicarakan dan memojokkan yang lain sementara kita masih punya bagian dari yang dibicarakan itu.

Juga tentang pendirian, di kampus terasa banget tiap organisasi semacam punya idealisme sendiri, yang mengakar dan semacam susah banet buat digoyahkan. Bahkan buat diselipi sedikit pemahaman yang sebenarnya penting. Masih sulit sekali mau memikirkan hal di luar idealismenya.

Ilkom, ayo dong di fakultas sendiri :" :" :",

ah, tapi Allah pasti tidak pernah ngasih tempat yang salah, kan? :")